Senin, 16 Oktober 2017

Dear My Great Man

Bismillahirrahmanirrahimi...

Hari ini, lima tahun yang lalu, Allah telah mengambil kembali sosok lelaki hebat yang Dia amanahkan kepada kami. Ayah kami, suami ibu.
Tidak ada hal-hal yang kuingat tentang dirinya selain hal-hal baik tentang dirinya...


Ayahku, dia adalah sahabat terbaikku.

Saya masih ingat betul, ketika itu saya masih kecil, masih SD. Suatu ketika saya ingin bermain tapi tidak bisa main ke luar rumah. Alhasil, bapaklah yang jadi teman mainku hehehehe. Uhhh, betapa bapak bertingkah konyol kala itu. Dasarnya bapakku emang humoris, meski kalau udah marah serem banget hahahaha, sepanjang permainan, bapak bikin gemas tapi juga bikin saya ketawa karena belum mengerti cara mainnya. Waktu itu kita bermain karet. Mau saya ajak main bola bekel tapi terlalu sulit buat bapak-bapak hahahaha. Bapakku nemenin main nggak cuma sekali, sampai beberapa kali. Kadang juga nemenin main badminton. Waktu main badminton ini, bapak harus benar-benar mengontrol kemampuannya karena saya yang skill dan staminanya kalah jauh ama bapak. Hehehe...

Bapak itu juga suka curhat ama saya. Kalau ada masalah suka cerita gitu. Dari sejak saya masih SD, hingga saya besar. Kita juga punya rahasia 'bapak dan anak'. Kita punya kode rahasia yang hanya kita berdua yang tahu.
Bapakku itu senang membaca dan suka membawa buku-buku ke rumah sehingga sayapun jadi hobi membaca. Hampir semya buku yang bapak bawa ke rumah sudah selesai saya baca, macam-macam buku dari majalah, buletin, novel, fabel dll. Bapak itu suka memandirikan anaknya. Jadi ya berangkat sekolah sendiri nggak kenal antar jemput. Beruntungnya saya hidup di tempat yang banyak angkutan umumnya jadi nggak bingung. Tapiiii, bapak itu suka perhatian gitu hiks. Kan saya emang suka hujan dan suka hujan-hujanan gitu. Jadi, pada hari tertentu (Selasa, Kamis, atau Sabtu), saya emang sengaja nggak bawa payung biar pulangnya bisa hujan-hujanan. Eh tapi tiap turun dari angkot menuju jalan menuju rumah, tiba-tiba di depan jalan, bapak sudah berdiri di sana sambil membawa payung dan tersenyum. Hiks. Beliau tau saya nggak bawa payung sehingga beliau menjemput saya karena nggak mau saya kehujanan.

Bapak juga orangnya selalu percaya pada anak-anaknya. Meski waktu itu saya masih kecil, bapak sudah begitu percaya untuk mengambil sendiri uang sakuku di dompet beliau atau saku jaket beliau. Bapak nggak takut kalau saya ngambilnya kebanyakan, bapak yakin kalau saya jujur ngambil uang sesuai kebutuhan. Wkwkwkwkwk
Bahkan, ketika kuliah, bapak menyerahkan atm miliknya padaku. Padahal rekening tersebut isinya uang sertifikasi bapak. Emang sih uang tersebut emang sengaja beliau alokasikan untuk kebutuhan kuliah saya. Tapi teteeeeppppp bapak begitu percayanya sama sayaaaaa hiks.

Meski bapak selalu menyuruhku untuk mandiri, tapi ketika saya kuliah, bapak malah suka nganter jemput saya kalau saya mau ke tanah rantauan atau mudik. Bapak itu, selaluuuu setiaaaa menungguku, entah berapa lamapun. Bahkan ketika saya sudah pesimis, beliau selalu ada dan tetap yakin. Bapak selalu bersedia mengantarku kemana pun. Bapak tidak pernah merasa direpotkan. Bahkan melakukan semua itu dengan tulus, tidak ada beban sedikitpun, bahkan ketika bapak sedang tidak enak badan. Hiks

Kita sering makan di luar bersama ketika ada momen antar jemput ke tanah rantauan. Bapak rutin SMS atau telfon ketika kita berjauhan. Bapak tidak pernah marah ketika saya melakukan kesalahan ketika sedang proses belajar. Bapakku begitu sederhana, lebih suka mementingkan kebutuhan orang lain dibanding dirinya. Bapak suka bekerja, tidak pilih-pilih makanan, nggak pernah bolos kerja kecuali sakit berat (seingatku, bapak hanya beberapa kali aja sakit berat selama hidupnya). Bapakku supel, tapi tidak menurun padaku hahahaha. Saya mah introvet -_-

Bapak selalu ingin kenal dengan bapak atau ibu kosku karena bapak ingin tahu dengan siapa beliau menitipkan anaknya. Bapak juga suka mengunjungiku di kos waktu SMA sehingga beliau jadi kenal dan dekat dengan bapak kosku. Waktu mau kuliah, bapak juga rela menempuh jarak Purbalingga-Semarang-Purbalingga dengan motor berdua denganku karena bapak ingin tahu dimana anaknya kuliah. Huaaaaa so sweet. Sayang banget ya Pak, pas penglepasan dan wisuda kita nggak bisa bareng karena engkau sakit. Dan momen wisuda ketika itu, adalah salah satu momen tersedih dalam hidupku karena bapakku sedang sakit dan dirawat di rumah sakit hiks. Iya, nggak papa, ini adalah hal terbaik dari Allah untuk kita.

Bapak adalah orang yang membiarkanku membuka dan mengotak-atik apa saja yang ada dalam hpnya hahahaha
Pokoknya mah tidak ada rahasia. Mau minta pulsa juga boleh banget 😊
Bapak juga melindungiku dari laki-laki yang datang kepadaku ketika itu hihihihi.

Ketika saya punya bapak sehebat itu, meski tidak sempurna, lalu untuk apa saya perlu laki-laki sebagai pacar? Lagian, pacaran sebelum menikah kan dosa ya?

Bapak, meski kita sudah berpisah selamanya, tapi saya selalu mengingatmu dan mendoakanmu. Semoga Allah mengampuni dosamu, menerima amalmu, dan memasukkanmu ke dalam surgaNya. Aamiin.

Bapak, apa kau bahagia?

0 komentar:

Posting Komentar

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Ahlan Wa Sahlan...

Jariku Menari

Tips Trik & News

Inspirasi

Entertainment

Inspiring Blogs